Tinggal 7 hingga 8 teroris di Poso yang belum ditangkap

DPR RI - Anggota Komisi VIII DPR Jalaludin Rahmat meminta penjelasan Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) sehubungan dengan situasi keamanan di Poso dan ancaman terorisme. Hal tersebut dikatakannya dalam pertemuan Tim Kunker Komisi VIII DPR dengan Pemprov. Sulteng beserta jajarannya, di Palu, Sulteng, dalam masa reses DPR baru-baru ini.
Dalam kunjungan kerja (kunker) yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VIII Noor Achmad yang langsung diterima Asisten I Pemprov. Sulteng Arif Latjuba. Politisi PDI Perjuangan mempertanyakan situasi terakhir di Poso.
Mewakili Kapolda Sulteng, pejabat Polri yang hadir dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa kondisi Sulteng masih sangat kondusif meski Polri bersama TNI hingga kini masih mengadakan Operasi Tinombala. Operasi yang digelar sejak tahun 2016, teridentifikasi ada sebanyak 38 teroris dan kini tinggal 7 atau 8 orang yang belum ditangkap.
Menurut pejabat Polda Sulteng, Operasi Tinombala hingga kini masih berlangsung dan berharap sisa-sisa teroris akan segera menyerahkan diri. Hal tersebut membuat yang selama ini dikenal sebagai daerah luar biasa dikarenakan terdapat beberapa teroris, akan kembali dalam situasi normal.
Kelompok teroris di Poso hanya beberapa orang saja, bahkan di luar Poso banyak destinasi wisata yang bisa dinikmati masyarakat. Kepada Tim Komisi VIII, dijelaskan juga, dalam operasi tersebut terdapat satgas yang membantu kepolisian untuk mengungkap kegiatan teroris.
Satuan tugas (Satgas) tersebut bisa membantu kepolisian yang telah dimiliki Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) yang bertugas di setiap wilayah/satu desa. Dengan demikian, kepolisian tidak perlu mengangkat pejabat pegawai baru dan menggunakan polisi yang bertanggung jawab serta menyampaikan penjelasan kepada masyarakat.
Operasi Tinombala dilakukan terbatas kepada kelompok-kelompok dianggap radikal dengan program deradikalisasi. Pejabat Polda Sulteng juga menambahkan operasi tersebut berisi polisi yang sudah paham dan menghemat tidak perlu menambah pegawai baru.
"Ini sangat membantu, apalagi personil polisi lebih memahami, tinggal dilatih menambah pemahaman agama. Dengan cara ini biaya bisa lebih hemat, tidak harus menambah pegawai baru program deradikalisasi berjalan sekaligus membantu aparat Kanwil Kemenag," katanya menambahkan. (LOLITA SIANIPAR)
KOMENTAR ANDA
BERITA LAINNYA
-
Sahroni: Kasus Kematian Brigadir J Pertaruhan Psikis Keluarga dan Kredibilitas Polri
07 Agustus 2017 13:00 -
DJP Diminta Masifkan Sosialisasi NIK Jadi NPWP
07 Agustus 2017 13:00 -
Pemuda Penentu Kebijakan Global
07 Agustus 2017 13:00 -
DPR Percaya Bareskrim Profesional Tangani Kasus Penembakan Polisi
07 Agustus 2017 13:00 -
Puteri Komarudin Desak Bank Mandiri Tindaklanjut Dugaan Dokumen Agunan Nasabah Hilang
07 Agustus 2017 13:00
BERITA POPULER
- 1
Puan: Kembalinya Blok Rokan Harus Dirasakan Rakyat
- 2
Abaikan berbagai aspek, holding migas BUMN dinilai terburu-buru
- 3
Fungsi dan kewenangan BNN jadi pembahasan Panja RUU Narkotika
- 4
Komisi IX evaluasi kinerja, Menkes diberi waktu 2x24 jam untuk usut kasus Debora
- 5
Konferensi Parlemen Dunia dihadiri 48 negara, Fahri sebut itu prestasi
- 6
Demi masyarakat sehat, Brebes dukung program GPN dari Kemenpora
- 7
Ribuan advokat siap bela Aris Budiman