Pemerintah Diminta Ambil Langkah Pro Pertumbuhan hingga Penciptaan Lapangan Kerja
DPR RI - Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono mengatakan, tahun 2021 adalah masa transisi ekonomi, termasuk bagi Indonesia. Untuk itu, pemerintah diharapkan bisa menstimulasi perekonomian dengan menjaga daya beli masyarakat atau keep buying strategy.
Dirinya berharap, pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan yang pro pertumbuhan (pro growth), pro pengentasan kemiskinan (pro poor) dan pro penciptaan lapangan kerja (pro job).
Dalam pandangan Fraksi Demokrat yang disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI Senin (15/6), Ibas menyampaikan bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 – 5,5 persen terlalu optimistis. Terutama saat Covid menyebabkan banyak pengangguran yang nota bene akan mengganggu konsumsi.
Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Timur VII menyatakan bahwa target inflasi sebesar 2,0-4,0 persen dan asumsi nilai tukar pada kisaran Rp.14.900–Rp.15.300 per dolar cukup realistis dan harus tetap dijaga. Selanjutnya, Dia juga menyatakan bahwa tingkat tingkat suku bunga SBN 10 tahun pada kisaran 6,67–9,56 persen cukup realistis ditengah situasi ekonomi global yang melambat dan penuh dengan resiko.
EBY menyampaikan beberapa kritik membangun dalam pandangan tersebut, diantaranya perlunya perbaikan tata kelola hulu migas demi memenuhi asumsi lifting yang sering kali tidak tercapai, tingginya target penerimaan dalam bentuk rasio penerimaan pajak tahun 2021, dan perlunya kajian anggaran K/L non-esensial.
Dia juga mengingatkan bahwa jika defisit anggaran menembus angka 6 persen PDB, dikhawatirkan akan menimbulkan krisis susulan dengan kondisi yang lebih berat dari krisis moneter1998 dan krisis Subprime Mortgage di era SBY tahun 2008 lalu.
Hal ini akan membebani rakyat, terutama mengingat proses pemulihan dari krisis 1998 memakan waktu lebih dari 5 tahun. Selanjutnya, Ibas mengingatkan pemerintah agar saat ini tetap focus mengatasi isu kesehatan dan menyelamatkan nyawa rakyat do era pandemic Covid-19. Namun, ekonomi masih bias tetap bergerak jika pemerintah bias menentukan skala prioritas.
Lebih jauh lagi, beliau juga mengingatkan pemerintah bahwa reformasi ekonomi untuk keluar dari Middle Income Trap membutuhkan investasi yang tinggi. Kebijakan penanganan MIT membutuhkan investasi manusia yang insentif dan memakan biaya yang cukup besar demi merubah perekonomian Indonesia dari resource-based economy menjadi knowledge-based economy. Di tengah krisis Covid-19 ini, fokus kebijakan baiknya ada pada penyelamatan nyawa dan sektor perekonomian.
KOMENTAR ANDA
BERITA LAINNYA
-
DJP Diminta Masifkan Sosialisasi NIK Jadi NPWP
16 Juni 2020 15:19 -
Pemuda Penentu Kebijakan Global
16 Juni 2020 15:19 -
DPR Percaya Bareskrim Profesional Tangani Kasus Penembakan Polisi
16 Juni 2020 15:19
BERITA POPULER
- 1
Puan: Kembalinya Blok Rokan Harus Dirasakan Rakyat
- 2
Abaikan berbagai aspek, holding migas BUMN dinilai terburu-buru
- 3
Fungsi dan kewenangan BNN jadi pembahasan Panja RUU Narkotika
- 4
Komisi IX evaluasi kinerja, Menkes diberi waktu 2x24 jam untuk usut kasus Debora
- 5
Konferensi Parlemen Dunia dihadiri 48 negara, Fahri sebut itu prestasi
- 6
Demi masyarakat sehat, Brebes dukung program GPN dari Kemenpora
- 7
Ribuan advokat siap bela Aris Budiman