Komisi VII nilai program Papua Terang belum maksimal
DPR RI - Anggota Komisi VII DPR RI Agus Sulistiyono menyatakan, program Papua Terang yang dijalankan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat baik, karena mengingat tingkat elektrifikasi di Papua cukup rendah. Meskipun program tersebut sudah dicanangkan cukup lama, ia menilai program ini belum berjalan dengan mulus dikarenakan demografis di Papua sangat sulit berbeda dengan wilayah lain yang ada di Indonesia.
"Program Papua Terang ini sangat baik, namun segi demografis di sini sangat ekstrem seperti jarak pemukiman warga yang berjauh-jauhan, bukit-bukit yang tinggi. Dan Papua ini sangat banyak pulau-pulau kecil. Nah hal-hal tersebut menyulitkan PLN untuk masuk ke dalam perumahan warga," terang Agus saat mengikuti peninjauan Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura, Papua, Selasa (31/7).
Menurut politisi PKB itu, tidak mungkin kalau Papua ini menggunakan sistem elektrifikasi seperti yang ada di Pulau Jawa. Maka dari itu, PLTMG ini harus selalu melakukan riset-riset untuk mengetahui sistem apa yang baik untuk digunakan di Papua ini.
"Memang Papua ini tidak bisa disamakan basis sistem kelistrikannya seperti di Jawa, namun harus melakukan intervensi bagaimana caranya supaya listrik ini dapat dinikmati oleh semua masyarakat Papua. Bagaimana pun cara itu kami terus mendorong," cetus politisi dapil DI Yogyakarta itu.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Maluku Papua PLN Ahmad Rofik mengatakan, pihaknya telah menggandeng beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga dan Universitas Cendrawasih. Hal ini perlu dilakukan agar membantu PLN dalam memudahkan penyebaran listrik, dan berharap mahasiswa tersebut memiliki terobosan yang sangat baik.
"Mereka kami sebar ke beberapa wilayah pedalaman agar mempelajari dari segi demografis yang ada di Papua, karena setiap daerah memiliki kesulitan yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya," ujar Rofik.
Hingga saat ini menurutnya ada satu kesepakatan dari mahasiswa-mahasiswa tersebut yaitu PLN disarankan untuk menggunakan battery storage.
"Mereka menyarankan menggunakan battery storage. Jadi nanti baterai itu bentuknya seperti tabung gas. Kalau habis, kami sediakan seperti battery charger station. Battery storage ini dapat digunakan hingga satu minggu dan mereka diwajibkan bayar sesuai pemakaian. Ini benar-benar merupakan strategi terobosan baru karena demografis di Papua ini sangat sulit," paparnya.
KOMENTAR ANDA
BERITA LAINNYA
-
Sahroni: Kasus Kematian Brigadir J Pertaruhan Psikis Keluarga dan Kredibilitas Polri
07 Agustus 2018 11:17 -
DJP Diminta Masifkan Sosialisasi NIK Jadi NPWP
07 Agustus 2018 11:17 -
Pemuda Penentu Kebijakan Global
07 Agustus 2018 11:17 -
DPR Percaya Bareskrim Profesional Tangani Kasus Penembakan Polisi
07 Agustus 2018 11:17 -
Puteri Komarudin Desak Bank Mandiri Tindaklanjut Dugaan Dokumen Agunan Nasabah Hilang
07 Agustus 2018 11:17
BERITA POPULER
- 1
Puan: Kembalinya Blok Rokan Harus Dirasakan Rakyat
- 2
Abaikan berbagai aspek, holding migas BUMN dinilai terburu-buru
- 3
Fungsi dan kewenangan BNN jadi pembahasan Panja RUU Narkotika
- 4
Komisi IX evaluasi kinerja, Menkes diberi waktu 2x24 jam untuk usut kasus Debora
- 5
Konferensi Parlemen Dunia dihadiri 48 negara, Fahri sebut itu prestasi
- 6
Demi masyarakat sehat, Brebes dukung program GPN dari Kemenpora
- 7
Ribuan advokat siap bela Aris Budiman