Komisi VI DPR Usulkan Bulog Dikonversi jadi Badan Pangan Nasional
DPR RI - Indonesia sebagai wilayah yang cukup besar dinilai sudah saatnya memiliki Badan Pangan Nasional. Hal ini seperti diutarakan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka.
Rieke menilai seperti diperintahkan oleh undang-undang bahwa Indonesia sudah saatnya memiliki Badan Pangan Nasional. Untuk itu ia mengusulkan agar keberadaan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dikonversikan menjadi Badan Pangan Nasional.
"Perintah Undang-Undang Pangan, kita harus segera memiliki Badan Pangan Nasional. Daripada membuat badan baru, sebetulnya (Bulog) ini dikonversikan saja untuk menjadi badan pangan nasional," ucap Rieke disela-sela agenda kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ke Gudang Bulog di kawasan Karawang, Jawa Barat, Kamis (28/1).
Sehingga dalam kondisi yang tidak tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir, sambung Rieke, Indonesia wajib memiliki satu Badan Pangan Nasional yang keberadaannya benar-benar langsung di bawah presiden.
"Karena soal pangan adalah soal keselamatan negara, selain masalah energi yang juga penting. Dalam era globalisasi dan pasar bebas, yang benar-benar skala prioritasnya harus dijaga adalah tentang pangan," tandas politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Dalam rangkaian kunjungan kerja Komisi VI DPR ke Gudang Bulog Karawang itu, para wakil rakyat menyaksikan secara langsung masih banyaknya tumpukan beras hasil impor beberapa tahun lalu yang belum tersalurkan.
"Kita berharap ke depannya ada strategi bagi kedaulatan pangan kita. Beras-beras yang ada ini tidak tersalurkan. Kami yakin beras hasil petani kita jauh lebih baik dari beras impor, namun yang terpenting adalah adanya support dari semua pihak, termasuk DPR dan pemerintah agar bagaimana produksi dan distribusinya beras yang dihasilkan para petani itu diberikan ruang. Saya yakin, kita tidak usah impor, khususnya soal beras," tegas Rieke.
Terkait penumpukan beras impor di gudang Bulog tersebut, Rieke mengatakan, permasalahan ini akan dibawa ke dalam rapat Komisi VI. Ia juga menyebut bahwa kondisi keuangan Bulog juga kurang sehat, akibat adanya kebijakan bahwa Bulog harus mengimpor. Sedangkan uang untuk melakukan impornya berasal dari pinjaman perbankan. Hingga akhirnya Bulog harus membayar bunga hutang bank itu yang jumlahnya mencapai Rp 1,4 triliun.
Sementara di sisi lain Bulog juga harus bisa mengatur harga pangan yang murah, yang menurut politisi Fraksi PDI Perjuangan itu, kurang masuk akal.
"Karena itu saya tidak berhenti mengusulkan, sudah waktunya Bulog menjadi Badan Pangan Nasional yang tidak boleh profit oriented, dan dia tidak boleh dipaksa untuk menghasilkan untung, tetapi bagaimana badan pangan itu betul-betul bisa menjaga ketersediaan, keamanan, dan kedaulatan pangan kita," pungkasnya.
KOMENTAR ANDA
BERITA LAINNYA
-
Sahroni: Kasus Kematian Brigadir J Pertaruhan Psikis Keluarga dan Kredibilitas Polri
29 Januari 2021 16:37 -
DJP Diminta Masifkan Sosialisasi NIK Jadi NPWP
29 Januari 2021 16:37 -
Pemuda Penentu Kebijakan Global
29 Januari 2021 16:37 -
DPR Percaya Bareskrim Profesional Tangani Kasus Penembakan Polisi
29 Januari 2021 16:37 -
Puteri Komarudin Desak Bank Mandiri Tindaklanjut Dugaan Dokumen Agunan Nasabah Hilang
29 Januari 2021 16:37
BERITA POPULER
- 1
Puan: Kembalinya Blok Rokan Harus Dirasakan Rakyat
- 2
Abaikan berbagai aspek, holding migas BUMN dinilai terburu-buru
- 3
Fungsi dan kewenangan BNN jadi pembahasan Panja RUU Narkotika
- 4
Komisi IX evaluasi kinerja, Menkes diberi waktu 2x24 jam untuk usut kasus Debora
- 5
Konferensi Parlemen Dunia dihadiri 48 negara, Fahri sebut itu prestasi
- 6
Demi masyarakat sehat, Brebes dukung program GPN dari Kemenpora
- 7
Ribuan advokat siap bela Aris Budiman